Tak Berkategori

Rantau, Penjual Manisan dan Eksistensi TTS

“Mangkat gowo dengkul, mulih mikul. Berangkat nggak bawa apa-apa, pas pulang bawa jinjingan tangan (semisal duit, emas, dan bondo donya lainnya)”. Kata ibu penjual manisan depan Bank BNI Unnes siang itu.

“Itulah prinsip orang yang lagi merantau”, imbuhnya lagi.

Perbincangan sederhana siang itu yang dimulai dengan menanyakan harga manisan mangga berujung dengan curhatan ibu penjualnya. Ia asli orang Lampung yang merantau di Semarang. Lagi-lagi alasan yang dibawa karena di kota lebih enak nyari pekerjaan. Anak sulungnya yang bekerja di Indomart digaji sesuai UMR di Semarang –yang lumayan tinggi jika dibandingkan dengan daerah lainnya.

Kemudian ia berlanjut lagi soal ‘bejo’ dan ‘pintar’. Dulu saat sekolah di Lampung, ia sering mendapatkan ranking tiga besar. Sayangnya nasib kepintarannya hanya mentok di buku rapot. Orangtua zaman dulu mindsetnya masih yang penting bisa mencukupi sandang pangan. Sekolah cuma formalitas biar bisa baca nulis dan ngitung.

Dengan wajah sumringah ia juga bercerita anak sulungnya yang jago matematika dan juara kelas. Sebenarnya ada cita-cita yang terselip diantara manisan mangga muda segar yang dijualnya. Ia ingin anaknya bisa melanjutkan perguruan tinggi, biar nasibnya tidak mentok sama seperti orangtuanya.

“Tapi biar dia kerja dulu mbak, nabung buat nanti kuliah. Kuliah juga biayanya nggak murah.”

Dalam hati aku mengamini cita-citanya. Semoga anak-anaknya diberikan kesempatan untuk mengenyam bangku perguruan tinggi.

Sambil gayemi manisan mangga muda yang segernya MasyaAllah, apalagi dikasih bonus beberapa biji, mata saya melirik ke sebuah buku dan bolpen di atasnya. Hati saya tiba-tiba bahagia sekali melihat buku itu. Buku kesayangan zaman SD yang rupanya eksistensinya masih nyata di tangan penjual manisan.

Betapa beruntungnya ibu itu. Masih bisa menikmati buku suci TTS di tengah usia yang tak lagi muda dan kemolekan gajet yang semakin jahanam. Aku sedih bu, saat anak muda lebih suka mengisi kolom komentar di akun gosip instagram dibanding mengisi kolom-kolom TTS yang paripurna itu.

Semoga dagangan ibu laris manis dan bisa menjawab semua pertanyaan TTS dengan bahagia. Heuheu

3 tanggapan untuk “Rantau, Penjual Manisan dan Eksistensi TTS”

Tinggalkan Balasan ke Nurul Lailatis Sa'adah Batalkan balasan